BIAYA MODAL
Biaya Modal
Biaya modal bisa diartikan sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Biaya
modal dipakai sebagai discount rate untuk perhitungan analisis penganggaran
modal. Discount rate tersebut sering juga disebut sebagai biaya modal rata-rata tertimbang
(weighted average cost of capital).
1.
Biaya
Modal Rata – Rata Tertimbang
Biaya
modal bisa didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan atau
tingkat yang disyaratkan. Dalam analisis investasi, biaya modal digunakan
sebagai discount rate dalam analisis NPV atau IRR. Biaya modal pada dasarnya
merupakan biaya modal rata – rata tertimbang dari biaya modal individual. Untuk
menghitung biaya modal rata–rata tertimbang tersebut kita harus melakukan
beberapa langkah :
1) Mengidentifikasi
sumber – sumber dana
2) Menghitung
biaya individual ( biaya modal untuk setiap dana )
3) Menghitung
proporsi dari masing – masing sumber dana
4) Menghitung
rata – rata dengan menggunakan proporsi dana sebagi pembobot
1.1
Mengidentifikasi
Sumber – Sumber Dana
Secara umum ada dua jenis sumber dana yang paling sering digunakan, yaitu hutang dan saham. Hutang bisa terdiri atas hutang bank atau hutang melalui obligasi. Pemberi hutang memperoleh kompensasi berupa bunga.
Saham
merupakan bentuk penyertaan. Saham bisa berupa private placemen ( penempatan
dana tidak melalui pasar modal ), bisa juga dengan membeli saham yang diperjual
belikan di pasar sekunder. Pendapatan saham berasal dari dividen dan capital
again.
1.2
Menghitung
Biaya Modal Individual
1.2.1
Biaya
Modal Utang ( kd )
Biaya
modal hutang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan yang berkaitan
dengan penggunaan hutang. Karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak,
biaya modal hutang dihitung net pajak.
1.2.2
Biaya
Modal Saham Preferen
saham
preferen mempunyai karakteristik gabungan antara utang dengan saham, karena
merupakan bentuk kepemilikan ( saham ), tetapi deviden yang dibayarkan dengan
bunga karena bersifat tetap ( pada umumnya ).
Paramater yang akan diestimasi relatif jelas
Biaya saham preferen (kps) adalah:
Kps = Dps / P
kps = biaya saham preferen
Dps = dividen saham preferen
P = harga saham preferen
1.2.3
Biaya
Modal saham Biasa
Biaya Modal Saham Biasa Biaya modal saham
lebih sulit dihitung karena melibatkan biaya kesempatan (opportunity cost) yang
tidak bisa diamati secara langsung. Bagian ini akan membicarakan biaya modal
saham melalui beberapa metode: DCF, bond-yiled, dan CAPM. Discounted Cash Flow
(Aliran Kas yang Didiskontokan). Pada waktu kita membicarakan penilaian saham
dengan pertumbuhan konstan, harga saham bisa dituliskan sebagai berikut ini
(modul mengenai Nilai Waktu Uang)
PV = D1 / r – g
Dengan
merubah r menjadi ks (biaya modal saham), PV menjadi P (harga saham), persamaan
di atas bisa dirubah menjadi berikut ini.
Ks = D1 / P + g
ks = biaya modal saham
D1 = dividen pada tahun pertama
P = harga saham saat ini
g = tingkat
pertumbuhan
Pendekatan
yield obligasi bisa dituliskan sebagai berikut.
ks = yield obligasi + premi risiko
Jika
kita menggunakan rumus di atas, kita memerlukan estimasi yield dari obligasi
perusahaan (atau obligasi yang mempunyai kelas risiko yang sama), dan premi
risiko saham atas obligasi. Dengan pendekatang yield obligasi, ks bisa dihitung
berikut ini. Pertama, kita akan menghitung yield obligasi. Yield obligasi =
bunga / harga pasar obligasi.
1.3
Menghitung
Biaya Modal Rata – Rata Tertimbang ( WACC )
Langkah
selanjutnya adalah menghitung proporsi sumber dana yang dipakai oleh perusahaan.
Idealnya, nilai pasar yang sebaiknya dipakai sebagai dasar perhitungan proporsi
sumber dana. Meskipun nilai pasar idealnya merupakan pilihan terbaik untuk
menghitung komposisi sumber dana, tetapi informasi tersebut tidak tersedia
dengan mudah. Salah satu alternatif adalah menggunakan nilai buku. Nilai buku
bisa diambil dari neraca keuangan perusahaan. Saham biasa masuk dalam kategori
total modal saham (saham biasa + laba yang ditahan + agio).
1.4
Biaya
Modal Saham Eksternal
Jika
perusahaan menerbitkan saham baru, biaya emisi (flotation cost) akan muncul.
Biaya tersebut dipakai untuk membayar biaya yang berkaitan dengan penerbitan
saham, seperti biaya akuntan, mencetak saham, dan lainnya. Penerimaan kas
bersih dengan demikian akan lebih kecil setelah biaya emisi tersebut
dimasukkan. Model kas yang didiskontokan (discounted cash flow) bisa
mengakomodasi biaya emisi seperti berikut ini.
Ke = D1 /
P(1-f) + g
ke
= biaya modal saham eksternal
D1
= dividen pada tahun pertama
P
= harga saham saat ini
f
= flotation cost
g = tingkat pertumbuhan
2.
Biaya
Modal Marginal dan Biaya Modal Rata – Rata
Biaya
modal rata-rata berbeda dengan biaya modal marjinal. Biaya modal marjinal
merupakan biaya modal yang diperoleh sebagai akibat bertambahnya dana modal yang
diperoleh. Sebagai contoh, misal perusahaan menggunakan dua jenis hutang,
pertama dengan nilai Rp200 juta dengan tingkat bunga 10%, kedua dengan nilai
Rp200 juta dengan tingkat bunga 15%. Misalkan perusahaan melakukan pinjaman
lagi sebesar Rp200 juta dengan tingkat bunga 20%. Biaya modal hutang marjinal
adalah 20%, karena biaya tersebut merupakan biaya modal yang diperoleh dengan
masuknya modal baru. Jika kita menghitung biaya modal rata-rata, maka biaya
modal hutang rata-rata adalah (10% + 15% + 20%) / 3 = 15%.
Dalam
perhitungan biaya modal, biaya modal marjinal adalah biaya modal yang relevan,
karena biaya tersebut mencerminkan biaya di masa mendatang (yang akan
diperoleh). Biaya modal rata-rata mencerminkan informasi masa lampau, yang
tidak relevan lagi. Tetapi dalam beberapa situasi kita menggunakan biaya modal
masa lampau, karena beberapa alasan, seperti mudah dilakukan, biaya modal masa
lampau bisa dipakai untuk estimasi biaya modal marjinal (masa mendatang).
Perhitungan biaya modal di atas mengasumsikan penggunaan biaya modal marjinal.
Tetapi dalam praktek, biaya modal sering diestimasi berdasarkan laporan
keuangan, yang berarti biaya modal diestimasi dengan menggunakan data masa
lampau.
3.
Lompatan
Dalam Biaya Modal Rata – Rata Tertimbang dan Skedul Imvestasi
Jika
biaya modal salah satu komponen berubah, maka akan ada lompatan dalam biaya
modal rata-rata tertimbang. Misalkan saja struktur modal yang dilakukan oleh
perusahaan adalah modal saham, hutang, dan saham preferen sebesar 60%, 30%, dan
10%, berturut-turut. Biaya modal hutang (sesudah pajak), saham preferen, dan
saham biasa adalah 12,6% (sesudah pajak), 20%, dan 25%, berturut-turut. WACC
untuk komposisi tersebut adalah:
WACC = (0,3 × 12,6) + (0,1 × 20) + (0,6 × 25) =
20,78%
4.
Pertimbangan
Dinamis Review Biaya Modal Secara Reguler
Seberapa
sering biaya modal (WACC) dihitung? Kondisi perusahaan dan lingkungannya selalu
berubah. Risiko dan kesempatan investasi perusahaan berubah. Perubahan ini
mengakibatkan perubahan komposisi struktur modal yang baru dan juga perubahan
tingkat keuntungan yang disyaratkan (biaya modal). Kondisi lingkungan yang
berubah juga mengakibatkan perubahan biaya modal, misal inflasi yang berubah
mengakibatkan kenaikan tingkat keuntungan yang disyaratkan secara umum. Perubahan
risiko (misal semakin tinggi, terjadi jika kondisi ekonomi memburuk)
mengakibatkan premi risiko meningkat.
Karena
situasi berubah secara dinamis, perusahaan perlu mengevaluasi biaya modal
rata-rata tertimbangnya secara periodik. Berapa sering? Nampaknya tidak ada
formula yang pasti. Perhitungan bisa dilakukan setiap tahun, bisa juga setiap
lima tahun. Tetapi hal yang jelas, jika kondisi perusahaan dan lingkungan
secara fundamental berubah, maka sudah saatnya menghitung biaya modal rata-rata
tertimbang kembali.
ok
BalasHapus