PENGANGGARAN MODAL : ISU LANJUTAN
Pengertian Penganggaran Modal
Capital budgeting atau penganggaran modal yaitu proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi dalam aktiva tetap. Menurut James C. Van Horne (2004:324) penganggaran modal adalah proses mengidentifikasi, menganalisa, dan memilih proyek investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun. Menurut Keown Arthur (2005:306) penganggaran modal adalah proses pembuatan keputusan investasi pada aset tetap. Penganggaran modal merupakan proses dimana perusahaan memperbarui dan menemukan dirinya kembali – mengadaptasikan proyek lama dan menemukan proyek yang baru.
Ini melibatkan perbandingan penerimaan kas yang dapat ditampilkan lebih dari beberapa tahun dengan pengeluaran kas yang secara umum terjadi dalam waktu dekat. Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.
1.1 Proyek Dengan Usia Berbeda
Manajer keuangan menganalisis proyek secara independen. Misalnya kita harus mempunyai dua alternatif investasi yang berbeda usianya, kemudian harus memilih salah satunya. Bagaimana membandingkan kedua investasi tersebut? Misalkan ada dua proyek investasi pergantian kedua investasi tersebut? Mislkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu A dan B. Investasi A membutuhkan dana Rp. 640.000,00 dan proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp. 840.000,00 dan menghasilkan kas masuk sebesar Rp. 240.000,00 per tahun selama enam tahun. Tabel berikut ini meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan meringkaskan informasi tersebut dengan hasil perhitungan NPV dengan discount rate sebesar 10%.
Tabel 1 Dua Proyek Investasi dengan Usia Berbeda
Aliran kas untuk kedua usulan investasi tersebut bisa dilihat berikut ini.
Proyek A
0 +320ribu +320ribu +320ribu
-640ribu 1 2 3
Proyek B
0 +240ribu +240ribu ………….. +240ribu
-840ribu 1 2 6
Perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa proyek B memberikan NPV lebih tinggi dibandingkan dengan proyek A. karena itu proyek B akan dipilih. Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin lama usia proyek akan semakin tinggi NPV-nya. Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika proyek tersebut saling meniadakan (kita harus pilih salah satu) dan pergantian di masa mendatang akan dilakukan. Proyek semacam itu bukan merupakan proyek satu kali saja. Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua cara yang bisa dilakukan.
1.2 Menyamakan Usia
Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa di samakan menjadi usia 6 tahun. Proyek A dengan demikian mengalami dua siklus, sedangkan proyek B mengalami satu siklus/ skedul aliran kas untuk keduanya bisa dilihat sebagai berikut ini.
Bagan 2. Skedul Alian
Proyek A
0 +320ribu +320ribu +320ribu +320ribu +320ribu +320ribu
-640ribu 1 2 3 4 5 6
Proyek B
0 +240ribu +240ribu +240ribu +240ribu +240ribu +240ribu
-840 ribu 1 2 3 4 5 6
1.3 Equivalent Annual NPV (EAN)
Metode ini merubah NPV yang dihitung menjadi angka NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai berikut ini.
Eq An NPV = NPVn / PVIFA (r,n) ……… (1)
dimana :
NPVn = Present value proyek
PVIFA (r,n) = Present value factor annuity didasarkan pada tingkat keuntungan yang disyaratkan dan usia proyek.
1.4 Pertimbangan Lanjut
Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.
2.1 Pengaruh Inflasi
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi lebih rendah dari yang seharusnya).
. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) dan inflasi dorongan biaya (cost push inflation). Inflasi tarikan permintaan merupakan meningkatnya permintaan yang dilakukan oleh masyarakat, investor, ataupun pemerintah, sedangkan inflasi dorongan biaya terjadi karena kenaikan biaya produksi, yaitu kenaikan biaya bahan baku dan adanya kenaikan gaji atau upah sehingga terjadi kelangkaan produksi dan atau adanya kelangkaan distribusi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila terjadi inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif yang dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Inflasi sangat memengaruhi kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, inflasi perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan cara mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan yang berkaitan dengan output, dan kebijakan dalam penentuan harga.
2.2 Dampak Terjadinya Inflasi
Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya inflasi. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila terjadi inflasi ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif yang dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan inflasi:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per-sektor perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.
3.1 Analisis Dalam Anggaran Modal
Pengertian Risiko Investasi
Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Jorion (2000), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga.
Oleh karena itu, para investor dipasar modal harus dapat menyadari sungguh-sungguh bahwa secara teoritis setiap investasi yang dilakukan disamping mengharapkan keuntungan, investor juga harus sadar terdapat kemungkinan risiko atau kerugian. Selanjutnya perlu juga dipahami oleh para pemodal bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara tingkat keuntungan (return) yang diharapkan dengan tingkat risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan juga akan diikuti dengan semakin tingginya tingkat risiko dan sebaliknya semakin rendah potensi keuntungan akan semakin rendah pula risikonya (High Return High Risk dan Low Return Low Risk).
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return-ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar tingkat perbedaannya berarti semakin besar pula tingkat risikonya. Risiko dapat dibedakan menjadi:
3.2 Risiko Sistematis (systematic risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang serentak mempengaruhi harga saham di pasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.
Dalam buku Husnan, yang berjudul Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, menjelaskan bagaimana cara mengestimasi beta, beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Data historis adalah untuk menghitung beta waktu lalu dipergunakan sebagai taksiran beta yang akan datang. Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (dalam bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh RM, dengan demikian semakin besar koefisien determinasi semakin akurat estimasi beta.
3.3 Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk)
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tigkat keuntungan, dan lain sebagainya.
realisasi merupakan nilai yang sudah pasti tidak mengandung kesalahan pengukuran sebaliknya nilai ekspektasi merupakan harapan yang belum terjadi yang masih mengandung ketidakpastian. Perbedaan nilai ekspektasi dengan nilai realisasi yang merupakan kesalahan residu (ei).
Dalam melaksanakan investasi, investor diharapkan memahami adanya beberapa risiko antara lain;
1) Risiko Finansial
Yaitu risiko yang diterima oleh investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham/ obligasi memenuhi kewajiban pembayaran dividen/ bunga serta pokok investasi.
2) Risiko Pasar
Yaitu risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu aki bat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara, perubahan manajemen perusahaan, atau kebijakan pemerintah
3) Risiko Psikologis
Yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham.
4) Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti
5) Risiko Tingkat Bunga
Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang belaku dipasar biasanya risiko ini berjalan belawanan dengan harga-harga instrumen pasar Modal.
6) Risiko Mata Uang
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang Domestik (misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain (misalnya dolar Amerika Serikat)
7) Risiko Daya Beli
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi, sehingga nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.
3.4 Analisis Risiko Investasi
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah.
Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang dianggap relevan sebagai berikut ini.
1. Jumlah kuantitas terjual
2. Harga per-unit (karena, Penjualan = jumlah kuantitas yang diminta × harga per-unit)
3. Biaya tetap
4. Investasi awal.
Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas, manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting (critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan.
Kelemahan pendekatan sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.
3.5 Analisis Skenario
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.
3.6 Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubah-rubah variabel yang relevan, kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
(1)Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan.
3.7 Analisis Break even Point / BEP (Pulang Pokok)
2.4.4.1 Analisis Break-Even Akuntansi
Analisis break-even bisa digunakan untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan, analisis break-even bisa digunakan.
Analisis break-even bisa dituliskan sebagai berikut.[1]
Biaya tetap + depresiasi
Titik BE = ----------------------------------------------------------
(Harga per-unit – Biaya Variabel per-unit) / Harga per-unit ……… (2)
[1] Formula tersebut diturunkan sebagai berikut ini.
Penjualan = VC + FC + Dep
Dimana VC = biaya variabel, FC = biaya tetap, Dep = depresiasi
Karena Penjualan = P.Q (Harga × Kuantitas), dan Biaya Variabel = V.Q (Biaya variabel per-unit × Kuantitas), maka:
P.Q = V.Q + FC + Dep
P.Q – V.Q = FC + Dep
Q (P – V) = FC + Dep Q = (FC + Dep) / (P – V)
Kemudian, masing-masing sisi dikalikan P, sehingga diperoleh
P.Q = (FC + Dep) / [ (P – V) / P ]
2.4.4.2 Analisis Break Even Present Value Aliran Kas
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi, sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan memasukkan present value aliran kas.
Untuk menghitung tingkat penjualan dimana NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut,
PV Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0
Metode alternatif dalam perhitungan break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini.
EAC = Investasi Awal / PVIFA (r%, T)
EAC bisa diinterpretasikan sebagai komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup (break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.
Titik break-even di atas bisa dihitung secara matematis sebagai berikut ini.
EAC + Biaya Tetap (1 – T) – Depresiasi (T)
TBE = -------------------------------------------------------
(Harga jual – Biaya Variabel) (1 – T)
Komponen biaya (angka yang dibagi) terdiri dari EAC (bagian dari investasi awal), biaya tetap (net-pajak) dan penghematan pajak karena depresiasi. Pembaginya terdiri dari selisih harga jual dengan biaya variabel net-pajak.
3.8 Pohon Keputusan dan Analisis Opsi
Salah satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis keputusan yang dilakukan secara berurutan. Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan.
Dalam banyak permasalahan, kesempatan atau peluang memainkan peran yang penting. Analisis keputusan merupakan istilah untuk teknik dalam menganalisis permasalahan yang mengandung risiko, ketidakpastian atau peluang. Pohon keputusan merupakan teknik khusus dalam menganalisis keputusan. Dengan menggunakan diagram pohon keputusan, maka logika dan proses pengambilan keputusan dapat ditelusuri, artinya gambaran yang diberikan dalam diagram keputusan tersebut mudah dipahami, dapat dikaji ulang, proses dan logika pembuatan keputusan dapat diikuti dengan seksama.
Komponen utama dalam diagram pohon keputusan meliputi simpul-simpul dan cabang-cabang. Adapun simpul dibedakan menjadi 3 yaitu simpul keputusan (Kotak), simpul peluang atau kesempatan (lingkaran) dan simpul terminal (bulat). Simpul keputusan mencerminkan alternatif-alternatif atau pilihan – pilihan keputusan yang bisa di ambil oleh perusahaan. Simpul peluang melambangkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi dari alternatif keputusan tersebut. Sedangkan simpul terminal merupakan akhir dari lintasan proses keputusan.
Proyek A
Proyek B
Investasi awal
Rp. 640.000,00
Rp. 840.000,00
Kas masuk per tahun
Rp. 320.000,00
Rp. 240.000,00
Usia investasi
3 Tahun
6 Tahun
NPV (Discount rate 10%)
Rp. 141.630,00
Rp. 186.402,00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
BAB 14 ANALISIS INVESTASI LANJUTAN
ANALISIS INVESTASI LANJUTAN: PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE 1. Metode Adjusted Present Value (APV) 1.1. Kerang...
-
BAB 8 RETURN DAN RISIKO : PENDAHULUAN 1.1 Perhitungan Return Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sa...
-
ARBITRAGE PRICING THEORY, MODEL EMPIRIS , DAN PENGUJIAN EMPIRIS MODEL KESEIMBANGAN 11. Arbitrage Pricing Theory ( APT ) 1.1 ...
-
MODEL KESEIMBANGAN RISIKO DAN RETURN ( CAPITAL ASSET PRICING MODEL ) 1.1 Hubungan Positif Antara Resiko dan Return Return dan ri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar